Kepoin Hp Pasangan. Haruskah? 

Hari ini saya lagi pengen nulis perihal relasi suami istri, khususnya tentang privasi dan lebih khususnya lagi tentang handphone sebagai barang pribadi. 
 

Jujur nih, saya termasuk orang yang kekepoannya to the max. Sayangnya kelebihan ini tidak membuat saya jenius bak kutu buku apalagi sekelas profesor, huuhuhu.. Jauuh. Kepo saya sederhana aja, mau tau apa bagaimana orang dekat saya di luar sana. Misal, kelakuan adek saya di sekolah gimana. Dulu waktu saya dan adek masih sekolah sering tuh saya buka2 hpnya.

 
Pokoknya harus under my control lah, kalo ada sms2 menjurus (macam naksir gitu) biasanya sudah saya sindir2. Ga cukup dia, si cewek juga kena. Saya ingetin masih sekolah mah ga usah serius2 bgt, ga usah pacaran, pacaran haram, bla bla bla. Sampai SMA adek tu masih di bawah pengawasan dan sukses bikin dia jomblo. Hihihi…  Apa ga ketauan tuh ngubek2 hpnya?  Ya ketauan laah 😅Makanya semenjak hp bertransformasi jadi smartphone dia gembokin tuh gadgetnya sampai saya harus putar otak. Berhenti kah saya?  Tidaaak. Yang ada malah saya tambah pinisirin aja. Pokoknya mah mati satu tumbuh seribu cara…wkwkwk. Saya juga punya “mata2”. Saya deketin temen2nya dan saya cari yg paling terpercaya, naah dari temennya itu saya dapat gambaran real pergaulan adek saya. Sejauh laporan yang diberikan so far is so fine, adek saya lempeng2 aja. Ga pacaran, ga ngerokok, ga begajulan, dan he‘s so humble enough. AlhamduliLlaah pokoknya. Tapi sayangnya semenjak dia kuliah dan berbarengan saya  keluar dari rumah alias ikut suami merantau saya ga bisa sebebas dulu. Entah ini kabar baik atau buruk, yang pasti bagi dia ini berarti ga ada lagi orang rese’ di hidupnya 😁.
 
Yah itulah sekelumit cerita tentang korban kekepoan saya yang pertama. Yup, kami memang lahir di tengah keluarga yang ketat sekali dengan aturan berteman dengan lawan jenis. Kalo dibilang kuat agama banget juga tidak, cuma bapak saya parno bin panik dengan kondisi pergaulan zaman sekarang. Dan apesnya dengan saya bapak lebih tidak percaya dibanding adek. Jadi sebenernya yang terlalu diawasi ortu itu adalah saya dan adek jauh lebih longgar. Padahal saya kan anaknya kalem ga macem2, bapak aja ga percayaan…
 
***
 
Bagaimana setelah menikah?? Hihihi, bisa ditebak mangsa selanjutnya adalah suami. Setiap pulang kerja pasti hpnya jadi sasaran. Saya buka bbm, watsap, fb, messanger, sms,  pokoknya semua aplikasi medsos yang dia punya saya buka. Dari sana saya tau bagaimana repotnya dia dengan jadwal di sana sini, curhatan temannya, sampai undangan nikah dari mantannya. Wkwkwk…  Kadang memang ada yang lupa dia ceritakan tapi dengan “kelebihan” saya itu saya jadi tau (hampir)  semuanya yang tidak terlihat oleh saya secara langsung.
 
Apakah saya tidak beretika? Bukankah pasangan tetap punya hak privasi? Apakah saya melanggar privasi pasangan.
 
Mungkin ada di antara kalian yang jengah dengan sikap saya ini dan terlontar pertanyaan itu. Tak apa, semua orang berhak punya pendapat masing2. Dan pendapat saya pribadi adalah tidak ada privasi di antara kami setelah menikah. Apa yang mau dirahasiakan? Bagi kami justru aneh kalo sudah suami istri tapi masih main rahasia-rahasiaan. Bukannya bikin penasaran tapi malah mengundang kecurigaan. Oh no,  BIG NO. Jadi ya di rumah kami sudah menjadi pemandangan yang lumrah kalo saya pegang hpnya dan dia buka2 hp saya.
 
Sampai sejauh ini saya belum menemukan dalil terkait ini, apakah yang saya lakukan berdosa atau mendzolimi suami. Hihi…  Yang saya lakukan juga bukan karena tidak percaya dengan suami. Beda dengan adek dulu ya…sangat berbeda walau benang merahnya tetap sama,  kepo *haish. AlhamduliLlah sejauh ini ga ada tanda2 keberatan dari suami saya selain timbangan yang mengatakan itu.
 
Oya, kalian pernah melihat status facebook emak2 yang “menyerang” suaminya? Atau yang lebih halus lagi share artikel (dengan nge-tag atau ga para suami mereka) entah itu tentang perselingkuhan, uang nafkah, kewajiban suami, dll? Okelah kita anggap yang kedua niatnya hanya menyampaian info semata bukan untuk menyindir suami, tapi yang pertama? Bukankah itu sangat jelas. Jangan salahkan netizen kalo mereka kemudian menduga2 apa yang sedang terjadi. Yang lebih parah mereka yang tidak tau jadi tau sifat buruk suami kita. Belum lagi yang punya niat memancing di air keruh atau yang lebih horor orang yang pengen jadi kedua. Hmm.. Jelek ya ternyata efek kebiasaan mengumbar di medsos. Naah menurut saya mungkin yang seperti itu yang tidak menjaga privasi pasangan. Padahal dalam Islam suami-istri laksana baju yang saling menutupi, menutupi apa? aib masing2. Ah….saya koq ngerasa ngomong ama cermin yak 😢.
 
Introspeksi diri semoga bisa lebih baik lagi.
Jadi, kesimpulannya kepoin hp pasangan sah-sah saja selama yang bersangkutan tidak keberatan. Akan lebih tidak nyaman jika kita sebenarnya pengen kepo tapi diam2 kita lakukan, pinjam hpnya karena ga punya pulsa dengan alasan nelpon mama padahal modus aja mau liat2 isi watsap atau bbm pasangan.  Waini, dijamin glagapan dan grogi mukanya sambil keringet dingin.

Leave a Comment