BLANTERWISDOM101

Tebar Kebaikan: Redam Kecemasan, Perpanjang Keberkahan

Kamis, 30 April 2020

 Karena menebar kebaikan adalah obat

 

Assalamualaikum….

Seperti yang sedang kita ketahui bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Negeri kita pun tak luput darinya. Virus yang belum ditemukan vaksinya itu kini sedang berkeliaran ke seluruh penjuru bumi, membuat semua manusia di planet ini dihantui kecemasan. Ternyata mudah saja bagi Alloh untuk meruntuhkan kesombongan manusia. Bukan dengan monster raksasa yang menghancurkan kota seperti di kartun hero anak-anak, melainkan justru makhluk mikroskopik, yang tidak terlihat oleh mata kita tapi mampu memporak-porandakan tidak hanya sistem pertahanan tubuh kita, tapi juga kestabilan semua negara di dunia.

Kecemasan karena keberadaan penyakit baru ini kemudian membuat banyak orang menjadi panik. Mulai dari memborong masker medis, hand sanitizer, cairan desinfektan. Bahkan vitamin dan empon-emponan ikutan naik daun. Harganya pun semakin melambung dan susah didapat. Belum lagi anjuran #dirumahaja membuat sebagian orang mudah jenuh dan berujung stress.

Stress?

Manusiawi.

Iya, manusiawi, karena hakikatnya manusia adalah makhluk sosial dimana berinteraksi adalah kebutuhannya. Sehingga keadaan seperti ini rentan membuat kita tidak produktif. Seakan setiap menengok ke langit seperti ada mendung hitam pekat dan tebal yang siap runtuh. Stress, pesimis, buntu, dan tidak produktif.

Tapi, ayolah….sampai kapan kita mau dikontrol negative feeling berlebih seperti itu? Fakta bahwa virus ini jenis baru memang tidak dielakkan lagi. Pun juga fakta bahwa virus ini semakin bermutasi ke arah yang tidak bisa diprediksi juga mau tidak mau harus diakui. Tetapi kita harus tetap berpikir positif bahwa pandemi ini akan berakhir selama kita menaati anjuran #dirumahaja, memakai masker dan physical distancing. Tidak lupa juga kalau kita harus menjaga asupan makanan bergizi, olahraga, tidur berkualitas, rajin cuci tangan, dan melakukan kegiatan yang bermanfaat yang memberikan rasa bahagia selagi masa pandemi ini.

Jadi, bagaimana kalau kita memikirkan hal lain yang membuat kita bahagia? Whatever, entah mengerjakan hobi atau mendalami passion atau mau saya tunjukkan sebuah fakta lain? Fakta bahwa memberi ternyata bisa membahagiakan orang dan membahagiakan diri sendiri.

 

Penelitian: Kebaikan, Makin Dibagi Makin Bahagia

To be honest, saya pribadi bukan orang yang rajin memberi atau bersedekah. Biasanya saya akan melihat keuangan kami dulu sudah aman atau belum baru memutuskan untuk bersedekah. Pengakuan yang agak memalukan memang karena terkesan pelit. Tapi, qodarullah pandemi ini mengubah cara berpikir saya.

Hari ini, banyak sekali perusahaan yang terdampak karena pandemi ini. Dari UMKM sampai perusahaan internasional. Efeknya adalah banyaknya karyawan yang di PHK. Kalaupun tidak di PHK, pasti kesulitan mencari uang. Tidak sampai di situ, seperti efek domino, keadaan buruk semakin menjalar, kriminalitas pun menjadi marak.

Berita semacam itu hampir tiap hari terdengar dan membuat hati saya mencelos. Ada yang meninggal karena 2 hari tidak makan. Ada pula yang nekat mencuri beras hanya untuk bisa makan dengan keluarganya berlaukkan sambal. Sambal? Iya, bukan makanan mewah, hanya untuk mengganjal perutnya dan anaknya saja. Saya rasa tidak ada yang tidak tercabik-cabik perasaannya mendengar berita-berita memilukan tersebut. Termasuk saya.

[caption id="attachment_1540" align="aligncenter" width="300"]dompet dhuafa menebar kebaikan latifika.com Laporan donasi kecil saya dengan tetangga bikin kami ingin berdonasi lagi. Membayangkan mereka yang 3 hari ga bisa makan rasanya sedih tak terkira[/caption]

 

Apa yang saya lakukan memang belum sejauh mereka yang punya lembaga donasi di kampungnya dan langsung menyalurkan bantuan ke tangan yang membutuhkan. Namun, seperti yang saya bilang, setidakanya pandemi ini mengubah cara berpikir saya tentang makna memberi. Apalagi di situasi sulit semacam ini, kalau tidak dirumahkan, yaa dipotong gajinya atau berkurang pendapatan. Bersyukur suami masih di posisi yang kedua. Sedangkan saya mulai awal menikah hanya di rumah saja. Menurut hitung-hitungan kondisi keuangan keluarga kami tidak sebaik bulan-bulan berikutnya.

Sebelumnya, saya termasuk orang yang jarang memesan makanan via ojek online. Tahun lalu bahkan saya hanya 3x pernah mencoba pesan makanan online, itupun kalau lagi sakit. Tapi, sejak wabah ini melanda entah sudah berapa kali saya melakukan pemesanan. Niatnya hanya sederhana: ingin membantu para ojek online (ojol) yang kesulitan mencari nafkah karena berkurangnya penumpang.

Awalnya, jujur, saya merasa berat dan boros ketika memaksa diri memberi bayaran lebih kepada ojol (dan terkadang seporsi makanan yang kami pesan). Iya, saya merasa boros sekali karena saya terbiasa memasak di rumah, terlebih suami yang dididik oleh ibunya menjadi orang yang hemat. 

Tapi, yang saya bingungkan justru entah kenapa lama-lama “pemborosan” yang saya lakukan kali ini malah membuat saya…… ketagihan. Iya, semacam itu. Ketagihan dan ingin melakukan lagi. Apalagi ketika melihat raut wajah penuh syukur mereka. Ketika mendengar ada getaran saat mereka mengucapan terimakasih – entah karena mereka kelelahan, apakah kedinginan, atau kelaparan. Itu membuat hati saya seperti ikut bergetar juga. Getaran yang membuat saya ingin melakukannya lagi.

tebar kebaikan dompet dhuafa latifika.com

Benar-benar saya bingung, baru kali ini saya boros membelanjakan uang dari suami tapi justru merasa bahagia. Padahal sebelumnya keluarga kami termasuk yang jarang jajan di luar demi bisa menabung. Tapi, pandemi ini mengubahnya 180o.

Akhirnya, sampai kepada saya sebuah fakta lain yang berelasi yang bisa menjelaskan hal tersebut, sebuah penelitian mahasiswa di Swiss.

Dikutip dari laman Republika.com, bahwa pada Juli 2017 telah dilakukan penelitian oleh mahasiswa Universitas Zurich, Swiss, tentang korelasi antara: aktivitas kebaikan dengan munculnya kebahagiaan. Kampus yang masuk sebagai 9 kampus terbaik dunia sekaligus salah satu kampus dengan peraih nobel terbanyak, tentu penelitian yang dilakukan bisa dipertanggung jawabkan

Singkat cerita, penelitian itu melibatkan 50 orang dengan rincian: kelompok eksperimental sebanyak 25 orang diberikan uang sebesar 25 Franc Swiss dan diminta untuk dihabiskan dalam seminggu dengan cara memberikan uang tersebut kepada orang lain (bisa dalam bentuk hadiah atau makan malam gratis), sedangkan kelompok terkontrol juga sebanyak 25 orang lainnya, juga diberikan uang sebesar 25 Franc Swiss dan diminta dihabiskan dengan cara membeli apa saja yang diinginkannya untuk dirinya sendiri.

Apa hasilnya?

Ternyata, saat dilakukan pemindaian otak pada dua kelompok tersebut didapatkan hasil yang berbeda. Neuron di bagian otak yang bernama temporo-parietal-junction (TPJ) ditemukan lebih aktif pada kelompok pertama --yang memberikan hadiah kepada orang lain. TJP ini kemudian mengaktifkan neurons di ventral striatum. Ventral striatum ini adalah bagian otak yang diasosiasikan dengan munculnya rasa bahagia, apresiasi, dan empati.

Studi ini membuktikan bahwa ada perilaku, syaraf, dan rasa bahagia saling berhubungan satu sama lain

Ternyata….

Terjawab sudah kenapa ada orang yang hidupnya merasa bahagia dengan kebisaannya yang suka beramal. Terjawab sudah kenapa saya justru merasa bahagia saat menjadi “boros”.

Karena ternyata berbagi itu makin dibagi makin bahagia.

Sepasang Hati yang Berbagi

Bagaimana berbagi di saat susah seperti ini? Sulit memang, apalagi di saat bidang perekonomian juga ikut terdampak. Dari buruh kasar hingga pemegang saham terbesar semua merasakan pahitnya resesi imbas dari pandemi.

Namun, bukan banyaknya harta yang membuat orang ringan tangan membantu sesama, melainkan mental miskin/kaya lah yang membedakannya.

Di dalam Islam, yang namanya membantu sesama atau bersedekah tidak harus menunggu kaya. Dalam Al-Quran, Surah Al-Imran ayat 134 Alloh memberitahu kepada kita bahwa 3 sifat mulia yang hendaknya dimiliki oleh setiap muslim, salah satunya adalah kebaikan berbagi / bersedekah di waktu sempit maupun lapang.

[caption id="attachment_1536" align="aligncenter" width="300"]menebar kebaikan dompet dhuafa latifika.com Awan Gunawan dan Istrinya, Dinda Marlina (sumber: mediaindonesia.com)[/caption]

Saya jadi teringat seleb Facebook yang booming di tahun 2018, Pacor alias Awan Gunawan. Waktu itu dia viral karena tulisannya yang kocak bersama istrinya, Dinda Marlina. Sebenarnya kondisi mereka saat itu sedang krisis karena hutang ratusan juta akibat gaya hidup yang berlebihan dan puncaknya kebangkrutan pada 2013.

Namun, ada cerita menarik dari sepasang suami istri yang pernah diundang di Kick Andy tersebut. Mereka yang saat itu lekat dengan keterbatasan materi ternyata mampu menolong orang lain, dari membayar lebih untuk sayur yang dibelinya dari pedagang kecil, mencarikan kontrakan untuk perempuan dan anaknya yang homeless, mmeperkerjakan anak yatim di usaha bakmi yang tidak menguntungkan (tapi tetap dipertahankan) sampai menjadi orangtua asuh anak yatim penjual jajanan.

Menawar tidak membuatmu kaya, memberi tidak membuatmu miskin (Pacor Story)

Kebaikan Pacor dan Dinda tersebut sekarang menuai hasilnya. Perlahan-lahan Alloh angkat derajat mereka, dari yang tidur di toko yang sama dengan usaha percetakan kecil mereka sampai punya rumah sendiri, mobil sendiri, umroh, dan yang paling penting hutangnya yang mencapai ratusan juta sekarang sudah lunas. Alloh juga menggerakkan hati seorang penerbit buku yang kemudian membuat Pacor akhirnya punya 4 buku bersama istrinya. Hingga sekarang kemudahan-kemudahan tersebut selalu datang lewat usaha barunya berjualan minuman lemon.

tebar kebaikan dompet dhuafa latifika.com

 

Menebar Kebaikan, Menjaring Keberkahan

Di dalam Islam, berbuat kebaikan --seperti membantu orang yang kesulitan dalam bentuk materi, tidak hanya membuat perasaan menjadi bahagia, seperti yang dibuktikan oleh peneliti di Universitas Zurich, Swiss. Tapi lebih dari itu. Alloh SWT menjanjikan kebaikan dari berbagi kepada sesama, di antaranya;

  • Bersedekah bisa menolak musibah.

“Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah. Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah. Sedekah itu sesuatu yang ajaib. Sedekah menolak 70 macam bala dan bencana” (HR Baihaqi dan Thabrani).

  • Bersedekah bisa menghapus dosa

Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana api dapat dipadamkan dengan air, begitu pula shalat seseorang selepas tengah malam.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

  • Bersedekah menjauhkan dari api neraka

Hindarilah api neraka walaupun dengan bersedekah hanya separuh buah kurma.” (HR. Muslim)

  • Bersedekah menambah keberkahan

Berkah artinya bertambah kebaikan, baik berupa bertambahnya harta, kesehatan, amal, ilmu, dan pahala. Berkah artinya bertambah ketaatan kepad Alloh (albarokatu tuziidukum fii tho’ah).

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261).

Melipat gandakan yang dimaksud Alloh SWT tersebut memang bukan melulu soal materi, tetapi lebih pada keberkahan hidup dan harta. Contoh keberkahan yang sederhana, misal, di depan kita ada martabak 1 porsi besar. Kita berikan setengahnya kepada teman. Bisa jadi rasa kenyang yang kita dapat sama dengan memakan martabak 1 porsi. Itulah keberkahan pada makanan.

 

Cita-cita Masa Kecil

Kalau bercerita tentang sedekah dan kaum dhuafa, saya jadi teringat masa kecil saya yang bercita-cita ingin menjadi orang kaya gara-gara mendengar tausiyah ustadz di mesjid tempat saya mengaji dulu. Cita-cita ingin menjadi kaya karena ingin membantu orang. Tapi, cita-cita itu kemudian perlahan memudar saat SMA, saat mendengar guru ngaji berkata bahwa Nabi Sulaiman adalah nabi yang paling terakhir masuk syurga sebab hisabnya yang sangat lama. Kita tau kan bahwa Nabi Sulaiman adalah nabi  yang paling kaya di antara semua nabi dan rasul, ternyata harta beliau yang membuat perjalanan hisabnya menjadi lama.

Ya Alloh, kalau Nabi Sulaiman saja hisabnya lama, bagaimana dengan saya -yang belum tentu bisa kaya tapi sudah tentu banyak dosa?

Tapi, di sisi lain pernah sampai maklumat kepada saya bahwa menjadi fakir miskin juga dekat dengan kufur. Sehingga ada doa dari Nabi Muhammad;

“Ya Alloh, sesungguhnya aku berlindung dari kefakiran dan kekufuran serta adzab kubur” (HR. Abu Dawud, An-Nasa’I, dan Ahmad).

Bukan, bukan hendak meng-underestimate-kan bahwa fakir miskin adalah perbuatan tercela dan hina. Menjadi kayapun tidak menjamin kemuliaan seseorang. Ingat kisah si Qarun yang ditelenggelamkan Alloh ke dalam tanah kan? Harta melimpah yang dibanggakannya tidak satupun yang membawa pada kemuliaan. Semua tergantung bagaimana kita, mau miskin atau kaya, menjalani kehidupan karena sesungguhnya menjadi kaya atau miskin adalah ketetapan Alloh. Jka si miskin bisa bersabar dan ridho serta menahan diri dari perbuatan yang dilarang syariat, maka dia akan mulia. Dan jika si kaya bisa memanfaatkan hartanya di jalan Alloh dia juga akan mulia, bahkan dengannya terselamatkan dari siksa kubur serta mendapat naungan di Padang Mahsyar.

Jadi, bagaimana cita-cita masa kecil itu sekarang? Akhirnya saya tidak lagi berdoa ingin kaya atau tidak lagi, tapi doanya menjadi: semoga Alloh mampukan saya (dan suami) menjadi orang yang ringan tangan alias mudah bersedekah. Ya, karena bersedekah itu sebenarnya adalah obat yang menjauhkan dari sifat kikir dan bakhil.

Seperti harta yang disedekahkan dan yang tidak, laksana air yang mengalir dan yang tergenang. Mana yang lebih bersih, lebih sehat, dan lebih bermanfaat?

[caption id="attachment_1522" align="aligncenter" width="300"]tebar kebaikan dompet dhuafa latifika.com Air mengalir vs air tergenang[/caption]

Perumpamaan harta kita seperti air, jika kita sedekahkan/zakatkan maka dia layaknya air yang mengalir, semakin banyak semakin deras. Dan jika tidak kita sedekahkan/zakatkan akan sama halnya dengan air yang tidak mengalir, diam di tempat. Mari kita pikirkan bersama-sama, mana dari dua air tersebut yang lebih sehat diminum, lebih bersih digunakan, dan lebih bermanfaat bagi banyak orang? Begitulah hakikatnya harta kita. Ditumpuk memang akan semakin banyak, tapi buat apa kalau tidak bisa menolong di hari kiamat?

 

Tebar Kebaikan Ala Dompet Dhuafa

Namun, adakalanya sedekah dan zakat yang dikeluarkan secara personal hanya bisa menjangkau dalam wilayah yang sempit dan penerima yang sedikit serta efek yang diberikan sebentar. Padahal kehidupan akan tetap berlangsung dan masyarakat kurang mampu harus diberdayakan agar bisa bangkit perlahan menopang kehidupannya sendiri. Di sinilah kita memerlukan sebuah badan yang mengkoordinir pengumpulan sedekah dengan jangkauan yang lebih luas dan penerima yang lebih banyak dengan efek jangka panjang.

Dompet Dhuafa adalah salah satunya.

Badan amal yang sejak tahun 1993 membentang kebaikan sedekah dan zakat kepada lebih dari 19 juta penerima manfaat ini tidak hanya sebagai filantropi tetapi juga wirasusaha sosial profetik.

Dompet Dhuafa, siapa yang tidak kenal dengan lembaga amal satu ini? Lembaga amal yang sudah menebar kebaikan selama 27 tahun ini menjadi lembaga amal tertua di Indonesia. Tidak hanya memberi “ikan”, tapi juga “pancing dan kail”, mungkin itulah perumpaan yang cocok diberikan kepada Dompet Dhuafa. Karena lembaga amal yang punya 5 pilar program pengentasan kemiskinan ini berkomitmen untuk menunjukkan bahwa pengelolaan sedekah tidak hanya untuk solusi singkat dan praktis (seperti memberi bahan pangan), namun juga dari permasalahan dasar dengan pemberdayaan usaha masyarakat.

tebar kebaikan dompet dhuafa latifika.com

 

Nah, ini yang jarang bisa dilakukan oleh muzakki secara personal. Karena zakat dan sedekah yang dikeluarkan secara personal tentu jumlahnya jauh dari mampu untuk menciptakan lapangan kerja. Paling maksimal hanya memberi bingkisan sembako yang tahan dalam hitungan hari.

Adanya lembaga amal seperti ini juga sekaligus membuktikan manfaat sedekah dan zakat yang disyariatkan Islam. Bahwa dengan sedekah dan zakat perekonomian akan tumbuh, karena harta si kaya sebagian mengalir kepada si miskin, dan si miskin memanfaatkan zakat yang diterimanya dengan baik dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan atau untuk mengembangkan usahanya. Dan pada akhirnya kesenjangan antara yang kaya dan miskin akan berkurang.

tebar kebaikan dompet dhuafa latifika.com

Bagaimana Menunaikan Zakat dan Sedekah Lewat Dompet Dhuafa?

Teman-teman, ternyata sangat mudah jika kita ingin berdonasi di Dompet Dhuafa. Mereka sudah menyiapkan website untuk wadah mengumpulkan zakat, infaq, dan sedekah bagi para muzakki. Lewat www.donasi.dompetdhuafa.org kita bisa melakukan transfer donasi semudah menjentikkan tangan.

Jadi, lewat website itu kemudian kita akan diarahkan pada portal donasi yang disediakan. Untuk lebih jelasnya saya sudah siapkan infografis untuk tutorial donasi di Dompet Dhuafa.

tebar kebaikan dompet dhuafa latifika.com

Setelah memilih metode transfer, akan keluar invoice seperti di bawah.

tebar kebaikan dompet dhuafa latifika.com

 

Atau bisa juga lewat Dompet Dhuafa yang ada di setiap kota seperti yang ada di Palangkaraya, tempat tinggal saya. 

dompet dhuafa menebar kebaikan latifika.com

 

Jadi, 

Dengan adanya lembaga amal nasional seperti Dompet Dhuafa kita akan mendapatkan  bahwa harta yang kita keluarkan akan lebih bermanfaat bagi masyarakat luas karena digunakan untuk pemberdayaan masyarakat, mulai dari kesehatan, pendidikan, ekonomi rakyat, sosial dakwah, serta budaya. Sehingga sedekah dan zakat yang dikeluarkan akan terasa sekali manfaatnya bagi mustahiq. Dan kita sebagai muzakki mendapat keberkahan yang lebih banyak

 

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

 

 

Sumber:

  • https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/17/07/19/otaxin383-hasil-penelitian-berbuat-baik-bisa-memunculkan-rasa-bahagia
  • https://www.dompetdhuafa.org/
  • infografis by www.latifika.com
Share This :

0 komentar