Memperbaiki Kuku Rusak dengan Eco Enzyme - Bismillah....
Setelah melahirkan anak kedua, aku merasa tubuhku mudah meradang karena defisiensi nutrisi. Aku menduga penyebabnya karena kelelahan fisik dan pikiran saat hamil -karena sempat bejualan kue saat ekonomi lagi sulit. Ya, stress bisa sangat menyedot nutrisi tubuh, ditambah saat lahiran aku mengabaikan suplemen kehamilan.
Setelah melahirkan, tiba-tiba saja 4 kuku-ku rusak hampir bersamaan. Dua kuku jempol kaki dan dua kuku jari kanan (jempol dan jari manis). Sebelum sampai ke kesimpulan defisiensi nutrisi, aku dan suami mengira penyebabnya adalah hobiku menanam. "Main tanah" memang identik dengan kotor, tapi banyak orang di luar sana yang hobi menanam tapi tidak ada masalah dengan kuku, sedangkan yang gak pernah 'main tanah' juga ada yang kukunya rusak begini.
Jadi aku sangsi kalau penyebabnya karena hobi 'main tanah'ku.
Kuku radang ini menyebalkan sekali. Kulit di sekitarnya akan ikut bengkak dan itu rasanya nyut-nyutan, subhanallah. Sangat mempengaruhi mood. Paksu pun berinisiatif mengambil separuh pekerjaanku yang berhubungan dengan air. Urusan nyuci baju beliau yang meng-handle. Dan masih sampai sekarang. Tapi karena sekarang kuku-ku berangsur membaik, pekerjaan cuci baju sudah sering aku yang kerjakan. Kuku yang dulu sering bikin aku sakit sampai meringis sudah tidak ada lagi, berganti dengan kuku sehat lahir batin. Hihihi *alhamdulillah
Gimana caranya?
Seperti judulnya kalian pasti sudah tau jawabannya. Ya, eco enzyme. Tapi lucunya, sebenarnya aku tidak bermaksud memperbaiki kuku rusak yang sudah 3-4 tahun ini dengan menggunakan cairan fermentasi kulit buah itu. Hanya saja selama 2 tahun selalu buat EE, lagi dan lagi, dan selalu pakai EE setiap hari, jadi efeknya tetap berasa.
Bisa dibilang, dimana bertemu air, di situ juga pasti bertemu eco enzyme. Mandi, cuci baju, cuci piring, ngepel, bersih-bersih dapur, siram tanaman, sikat lantai kamar mandi, kuras bak wc, cuci sepatu, sandal, maintenance pakaian putih, bahkan EE juga biasa aku pakai saat membersihkan pup anak! Ya, gimana, aku perlu menghilangkan bau itu secepatnya tanpa perlu mubadzir air. It's work? Definetly work!
Masya Allah
Eco enzyme memang sangat aku andalkan sebagai pembersih di rumah. Sebagian aku campur dengan deterjen, tapi sebagian aku pakai eco enzyme murni, seperti saat menguras wc dan menyikat kamar mandi. Aku juga bisa menghemat deterjen, cairan pel lantai, spray pembersih dapur, pemutih pakaian, dan juga karbol. Bahkan 4 dari 5 pembersih itu sudah tidak pernah dibeli lagi.
Bukan tanpa alasan aku menjauhi bahan-bahan di atas, terutama bahan pemutih pakaian.
Trauma Keracunan
Saat itu, aku sedang membersihkan bak wc yang berwarna putih. Saat kehamilan anak kedua trisemester 2 menginjak trisemester 3. Kata orang, saat itu momen kehamilan paling enak, karena sudah tidak mual karena morning sickness lagi tapi kandungan masih belum berat. Kerjaan rumah masih nyaman dilakoni.
Tapi apa yang terjadi? Karena ketidak pahamanku tentang kandungan bahan aktif pemutih pakaian, aku menggunakannya untuk membersihkan bak wc. Niatnya ingin me-maintenance warna putihnya agar tidak berubah warna, justru malah membuatku terhirup uap pemutih itu ketika mulai meneteskannya sedikit pada bak. Baunya yang menyengat awalnya aku abaikan. Sikat-sikat, lap-lap tetap aku lanjutkan, dengan posisi kepala masuk ke dalam bak tersebut. Uap itu pun terhirup masuk memenuhi hidung, tenggorokan, mulut, hingga rasanya memenuhi otak dan perut.
Aku tidak bergurau soal keracunan. Menghirup atau tidak sengaja terhirup cairan pemutih berbahan klorin bisa menyebabkan keracunan. Mari baca jurnal yang aku bawakan dari National Library of Medicine.
Kalian bisa fokus di frasa acute toxicity, highly toxic by inhalation, chlorine poisoning, cleaning supplies.
Mungkin bagi orang lain, menggunakan klorin tidak berefek, jangankan orang, paksu saja masih Unfortunatelly, saat itu kondisiku sedang hamil. Jadi uap klorin itu tidak hanya berdampak pada aku saja, melainkan pada bayi yang di dalam kandungan. Saat terlahir badanku jadi mudah meradang, kuku itu salah satu buktinya. Walaupun klorin bukan faktor tunggal, karena gula dan karbo yang aku asup sehari-hari juga turut memperparah inflamasi kuku-ku (terutama kopi sasetan, mie instan dan cemilan manis).
Memangnya apa yang terjadi?
Aku tidak bisa memastikan yang sebenarnya terjadi, tapi anak bungsuku sempat mengidap syndrom autism, hiperaktif dan speech delay. Ibu siapa yang tidak patah hatinya melihat kenyataan ini. Terlebih seandainya benar penyebabnya adalah keteledoranku saat itu. Sejak itu aku trauma dengan bahan pemutih itu. Jangankan memegangnya, melihat botolnya saja aku bisa refleks memalingkan kepala. Maafkan, aku memang setraumatis itu.
Tapi setelah mencoba mendetox dengan klorella (dengan bantuan suplemen) dan banyak ikhtiar lainnya, perlahan memang ada perubahan pada anak bungsu. Hadza min fadhli Rabbi.
Eco Enzyme dan Titik Balik Itu
Selama beberapa lama aku bertahan untuk tidak menggunakan cairan pemutih itu bahkan ketika mencuci baju kerja suami yang berwarna putih. Tidak peduli warnanya yang berubah kekuningan, aku tetap tidak mau menyentuh botol itu lagi.
Betapa bersyukurnya aku ketika mencoba belajar mengolah kulit buah di tahun 2021 menjadi cairan serbaguna yang mana setahun kemudian aku baru tahu kalau eco enzyme bisa juga jadi pemutih baju. Ramah lingkungan juga.
Baca juga: Bagaimana Membuat Eco Enzyme
Dengan riwayat trauma sebelumnya, membuat aku jadi merasa sangat ter-berkahi ketika menemukan eco enzyme ini. Bahkan kuku yang rusak parah sekaligus merusak kepercayaan diriku sembuh tidak sengaja setelah bersentuhan rutin dengan cairan kaya enzyme dan bakteri baik itu. Seakan Allah ingin mengganti apa-apa yang hilang sebelumnya dengan sesuatu yang jauh lebih baik.
اِÙ†َّ Ù…َعَ الۡعُسۡرِ ÙŠُسۡرًا ؕ
Saatnya berteman baik dengan bakteri baik dan eco enzyme ciptaan Allah.
0 komentar