Assalamu’alaikum. …
Memasuki pekan kedua September kita akan disuguhi sebuah peringatan tingkat dunia. Dan pada tanggal 8 di bulan ini telah lama dicanangkan UNESCO sebagai hari literasi internasional dan itu sudah ada sejak 54 tahun yang lalu.
Untuk memperingatinya Female Blogger of Banjarmasin mengadakan blog collab untuk yang kesekian ini dengan Tema Hari Literasi Internasional.
Sebagaimana peringatan Hari Kebahagiaan Internasional yang me-rangking-kan negara-negara di dunia dari yang paling bahagia, maka pada peringatan tahunan inipun juga ada rangking level internasionalnya.
Berdasarkan rangking yang dibuat oleh The World’s Most Literate Nations, menempati juara 1 dunia adalah Finlandia. Yeah, negara paling bahagia di dunia versi PBB itu juga ternyata punya daya literasi yang paling tinggi, hampir 100%.
Rahasia yang menjadikan Finlandia sebagai negara paling literat (terpelajar) di dunia salah satunya adalah fasilitas dan sistem pendidikan yang mendukung. Bahkan ada bukunya ya tentang sistem pendidikan di Finlandia dan masuk salah satu dari 10 buku parenting yang wajib dibaca.
Tentang Finlandia dan Negara Paling Bahagia di dunia sudah pernah saya bahas di tulisan sebelumnya.
Baca juga: Hari Kebahagiaan Internasional
Lalu, Indonesia bagaimana?
Dari penilaian terakhir tahun 2017, Indonesia hampir menjadi juru kunci, berada pada urutan 60 dari 61 negara. Indonesia sepertinya wajib berterima kasih kepada Botswana yang merelakan dirinya menjadi yang ke-61 *satire π
Berdasarkan penilaian The World’s Most Literate Nations juga, daya literasi Indonesia ternyata hanya 0.1% alias 1:1000 yang artinya dari 1000 anak hanya 1 yang suka dan rajin membaca (rajin lo ya, bukan bisa).
Jadi, bisa dikatakan membuat anak suka membaca lebih susah 1000x dibanding membuat anak bisa membaca.
Kenapa ya kira-kira?
Apa karena fasilitas kurang memadai?
Kalo dikatakan sebabnya karena fasilitas kurang mendukung ternyata tidak juga. Menurut Bapak Anies Baswedan pada tahun 2016 kala masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan, soal infrastruktur kita urutan ke-34 dunia di atas Jerman dan Korea Selatan dan bahkan Selandia Baru. Wuiih πππ
Nah loh…. Berarti salahnya di mana?
Sayangnya fasilitas itu minim digunakan oleh masyarakat karena pada dasarnya memang budaya membaca kita minim, rendah.
Budaya membaca rendah bukan maksudnya tidak bisa membaca, tapi kemampuan literasinya yang rendah.
Apa itu literasi? Literasi adalah serangkaian kemampuan yang mencakup kemampuan membaca, mendengarkan, berbicara, menghitung, dan menganalisa. Satu skill kompleks yang menuntut setiap bagiannya optimal.
Jika satu saja bagian tidak optimal bagaimana? Misal, masyarakat bisa baca, tulis, hitung, mendengar, dan (apalagi) bicara tapi tidak optimal menganalisa, maka yang terjadi adalah seperti sekarang, tidak hanya fasilitas membaca yang minim digunakan tapi juga berita hoax mudah tersebar dimana-mana dan dampaknya rentan terjadi ketidakstabilan di dalam masyarakat.
Sedikit kembali ke Finlandia, negara itu sudah membangun budaya gemar membaca sejak bayi, terbukti dari maternity package yang diberikan oleh negara kepada setiap ibu yang baru melahirkan, selalu terselip buku di dalamnya.
![]() |
Maternity package di Finlandia Sumber: hipwee.com |
Dari kebiasaan yang dibangun dari kecil inilah daya literasi suatu bangsa didapatkan. Bangsa yang terbiasa membaca akan biasa berpikir kritis, begitu pula sebaliknya.
Jadi, budaya gemar membaca yang kurang sebenarnya karena malas berpikir. Kita bisa membaca tapi malas menganalisa alhasil daya literasi kita menjadi rendah.
Contoh terdekat seperti imunisasi. Banyak yang langsung menyimpulkan ketika membaca (bersinggungan dengan) unsur babi. Seketika tidak mau lagi mempelajari bagaimana perbedaan mahzab dalam Islam terkait proses istihlaah (pencucian). Banyak juga yang termakan isu konspirasi, pelemahan generasi, dll. Padahal imunisasi sudah dikenal sejak abad pertengahan, jadi bukan hal baru lagi.
Aah, baiklah saya tidak akan memperpanjang masalah ini karena mungkin sudah pada “kenyang”.
Hanya saja yang ingin saya tekankan, jangan cepat mengambil kesimpulan sebelum mengkaji banyak hal, jangan jengah mencari ilmu di luar sudut pandang kita, bisa jadi itu justru memperkaya literasi dan mempertajam kesimpulan kita.
Masih ingat foto atlet Cina saat Asean Games yang sedang memegang santan kemasan? Ramai netizen kita menertawakan, “Jangan-jangan mereka kira itu air kelapa, padahal santan kan buat masak bukan buat diminum” .
Mereka anggap itu lucu lalu viral lah foto-foto itu. Dan sekarang muncul klarifikasinya bahwa atlet itu memang sengaja minum santan karena mereka mengalami intoleransi laktosa. Dan di luar itu sebenarnya memang ada lifestyle yang menganjurkan sekali santan sebagai minumannya, salah satunya DEBM dan Ketofastosis.
![]() |
Sumber: https://m.jiemian.com |
Nah, jangan-jangan akibat rendahnya literasi netizen Indonesia sekarang kitalah yang ditertawakan orang-orang di Cina sana.
Banyak lagi fakta-fakta di masyarakat yang memperlihatkan kurangnya daya literasi bangsa kita.
Kalau kata istilah sekarang, “Mainnya kurang jauh luu!” ππ’.
Maka, hal yang perlu disadari kita semua bahwa dengan kemajuan teknologi komunikasi hari ini wajib rasanya mengimbanginya dengan kemampuan literasi yang mumpuni. Termasuk para blogger, jangan hanya menulis tanpa ada literasi optimal di dalamnya (nunjuk hidung sendiri).
Tapi teman, sebenarnya di hari Literasi Dunia ini ada yang mau saya ingatkan kepada kalian, bukan tentang rendahnya literasi Indonesia, bukan tentang kurangnya minat kita terhadap buku bacaan. Tapi tentang sejarah literasi dunia masa itu, sejarah keemasan suatu bangsa hingga akhirnya terpuruk dan direnggut oleh bangsa lain. Bisa jadi dari situlah bibit rendahnya literasi bangsa kita dimulai.
Dulu, ada sebuah peradaban yang berjaya, menguasai 2/3 wilayah dunia. Kemajuan di mana-mana, termasuk ilmu pengetahuan.
Bukan peradaban dari Kerajaan Romawi bukan juga Persia. Bukan juga salah satu dari penguasa Eropa saat itu.
Apa? Eropa? Justru Eropa saat itu sedang diliputi kegelapan di semua sisi. Kedangkalan berpikir karena doktrin pemuka agama yang menentang semua pemikiran di luar dogma menyebabkan ilmu pengetahuan kehilangan nyawanya. Penemuan yang bertentangan dengan doktrin mereka, semisal bahwa bumi itu bulat dan mengitari matahari, hanya akan membuat ilmuwan itu berakhir hidupnya di penjara dan dieksekusi mati. Dari abad ke-5 sampai 16 Eropa diselimuti era kegelapan.
Jadi, bukan Romawi, Persia, apalagi Eropa.
Peradaban itu adalah Islam
Saat benua Eropa diliputi masa kegelapan secara harfiah dan maknawiah, di belahan bumi lain justru sedang terang benderang. Kemajuan teknologi berkembang pesat, kesehatan dan ilmu kedokteran menemukan cahayanya, kesejahteraan sosialnya terjamin, dan terlebih masyarakatnya adalah pecinta ilmu, perpustakaan besar Al-Bayt Hikmah di Bagdag yang menampung ribuan buku adalah buktinya.
Mereka Sumber Literasi Modern Pertama
Dunia sekarang nampaknya wajib berterima kasih kepada mereka penemu teknologi yang kita pakai sampai saat ini dan beberapa menjadi cikal bakal penemuan mutakhir zaman millenial. Teori mereka memang bukan selalu hal baru tapi ketajaman konsep yang mereka hadirkan telah menyempurnakan konsep tersebut hingga mudah menjadikannya nyata.
1. Sabun
Hanya sabun, benda kecil yang harganya murah dan tidak susah didapat. Tapi, jangan sepelekan karena ketidak-adaan sabun ini bangsa Eropa pada tahun 1300-an kehilangan 60% populasinya karena wabah pes (tikus hitam) yang dikenal sebagai wabah Black Death. Saat itu lingkungan di sana kotor layaknya masyarakat yang tidak kenal pembersih baju dan badan. Padahal di dunia seberangnya, kimiawan Islam Al-Razi dari Persia sudah sejak abad ke-6 sudah menemukan sabun batang untuk mandi dan mencuci. Bahkan inovasi sabun cair sudah mereka pikirkan saat itu.
Sedangkan Eropa? Mereka baru mengenal proses pembuatan sabun setelah abad 16, 1000 tahun setelahnya.
2. Kamera
Teori tentang kamera sebenarnya sudah dipikirkan sejak 400 SM oleh bangsa Cina. Namun teori itu kemudian disempurnakan oleh Al-Haytham, seorang matematikawan dan fisikawan Muslim kelahiran Irak pada tahun 900-an. Selain menyempurnakan teori, Al-Haytham juga membuat kamera pertama dalam sejarah dengan meniru cara kerja mata.
![]() |
Ilustrasi demonstrasi kamera pertama oleh Al-Haytham Sumber: tirto.id |
![]() |
Prinsip kerja kamera oleh Al-Haytham |
Bagaimana dengan Eropa? Ilmuwan mereka “menemukan” prinsip kerja kamera baru pada tahun 1800-an, 900 tahun kemudian.
![]() |
Astrolobe oleh Mariyam Al-Astrulabi Sumber: thisisgender.com |
![]() |
Alat bedah yang ditemukan Al-Zahrawi, 10 abad lalu dan masih dipakai hingga sekarang. Sumber: reportasenews.com |
Dan masih sangat banyak lagi penemuan-penemuan dari peradaban Islam lainnya yang menjadi tunas teknologi mutakhir saat ini.
Semangat literasi nenek moyang kita yang sangat luar biasa itu patut menjadi pertanyaan.
Kenapa bisa?
Khalifah atau penguasa Islam pada zaman itu benar-benar menjamin hidup para penimba ilmu. Tidak kurang 2000 dirham sebulan diberikan kepada mereka para penyalin buku. Perpustakaan dibuat senyaman mungkin agar pengunjung betah berlama-lama. Kertas, tinta, kuas, dan lainnya diberikan secara percuma.
Dan satu lagi yang membuat mereka begitu semangatnya menimba ilmu, tidak lain karena perintah agamanya.
Peradaban itu melangit karena mereka menjunjung tinggi pemilik langit dalam semangat literasinya.
Tapi, sayangnya sumber literasi peradaban itu banyak yang menjadi abu. Iya, abu.
Kejayaan Islam satu persatu dibabat habis oleh bangsa lain, termasuk perpustakaan dengan ribuan buku yang ditulis tangan oleh para ilmuwan muslim.
Sejarah Kelam Literasi Muslim
Tercatat ada 3 peristiwa sejarah besar nan kelabu yang menimpa dunia aksara umat muslim.
1. Serangan bangsa Tartar Mongol ke Bagdag yang merupakan pusat negara Islam dinasti Abbasiyah. Sekitar tahun 1200 serangan bangsa yang dikenal suka mengembara dan tidak suka membaca itu membabi buta meluluh lantakkan Irak. Tidak luput pula perpustakaan terbesar di masa itu, Baytul Hikmah menjadi sasarannya. Tentara Tartar melemparkan semua buku yang mereka dapatkan di perpustakaan-perpustakaan umum ke sungai Tigris sehingga sungai itu penuh dengan buku-buku. Sampai-sampai seorang penunggang kuda bisa melintas di atasnya dari tepi ke tepi sungai lainnya. Air sungai tetap hitam pekat selama berbulan-bulan lantaran bercampur dengan tinta buku-buku yang ditenggelamkan ke situ.
πππ
3. Penghancuran perpustakaan selanjutnya terjadi pada era kejatuhan dinasti Ottoman di Andalusia (sekarang dikenal dengan negara Spanyol) . Semua buku di bakar atas suruhan Raja Ferdinand. Bahkan buku-buku yang dibakar dalam sehari di lapangan Granada menurut taksiran sebagian sejarawan berjumlah satu juta buku.
Ya, begitulah sejarah tentang literasi umat yang pernah terang benderang pada zamannya. Kini, hasrat literasi itu sepertinya berpindah ke belahan bumi lain, ke tempat yang dulu sempat mengalami masa kegelapan dan kebodohan karena kekangan doktrin pemuka agama. Kini, mereka maju dengan memisahkan agama dengan kehidupan.
Eropa, semoga tidak lupa kepada siapa kalian belajar ilmu pengetahuan dulu.
Adakah kau lupa kita pernah berkuasa
Memayungi dua pertiga dunia
Merentas benua melayari samudera
Keimanan juga ketaqwaan
Rahsia mereka capai kejayaan
Adakah kau lupa
Sejarah tlah mengajar kita
Budaya islam di serata dunia
Membina tamadun berjaya
Merubah mengakat maruah
(Nasyid Malaysia, oleh Alarm Me)
Masya Allah keren bgtbukasannya Mba Fika. Mg kita bs kmbali ke masa kejayaan dg cara yg berbeda dg eropa.
Jk Eropa berjaya dengan memisahkan agama dari kehidupan, jk Umat Islam akan kmbali jata dengan mengembalikan Islam dalam kehidupan.
Pas baca bagian ilmuwan muslim ni jd inget nasihat dosen pembimbing ku tiap kuliah sidin krn sidin tau kami kelas yg harus memulai bikin proposal penelitian. "Rajin-rajin ke perpustakaan. Dibaca skripsi-skripsi kakak angkatan, jurnal, prosiding… Dst. Blablbla" Eaaa… Hahaha… Mengenang masa lalu jadinya
Kerrrreeen Mbak tulisannya, saya suka…saya suka πππ
Btw, enak ya kalau melahirkan di Finlandia bisa dapat maternity package, *salah fokus*
Hiks, daya literasi Indonesia hanya 0,1% ya π. Semoga bisa segera meningkat. Semangat..semangat πππ
Selalu sedih kalau ingat sejarah pemusnahan buku-buku itu.
Tapi ilmuwan muslim jaman dulu memang keren-keren ya π. Semoga nanti ada juga bermunculan ilmuwan muslim jaman sekarang yang tidak kalah kerennya.
Selamat hari literasi internasional π
Aje gileee, keren bener ini tulisannya. Panjang tapi pakai hati, nyampek banget!
Rendahnya literasi mungkin karena daya daya dukung masyarakat untuk buntuk beli buku masih rendah. Imho sih tapi itu
Tulisan Mba Fika ini selalu memberikan ilmu pengetahuan baru buat aku kalau membacanya. Jadinya aku senang banget sehabis berkunjung pasti dapat ilmu baru, hihi
Oh iya, ide-ide orang zaman dulu itu kuakui keren sih ya mba teori mereka itu gak cuman buat 5 tahun kedapan, 10 tahun, tapi emang jangka panjang banget. Sesuatu hal yang mereka temukan itu berasa bergunaaaa banget di masa depan. Keren banget.
Merinding baca tulisan Mbak Fika, saking banyaknya banjir informasi yang kuterima. Intinya mereka yang kurang baca, mainnya kurang jauh. Hehe. Kagum banget sama penemuan2 ilmuwan muslim. The best mereka, tugas kitalah yang memviralkannya.
Wawwwwwwwww banget tulisan nya mbak fika, suka nisa bacanya π»β€π
Ternyata rangking yang dibuat oleh The World's Most Literate Nations, menempati juara 1 dunia adalah Finlandia. Yeah, negara paling bahagia di dunia versi PBB itu juga ternyata punya daya literasi yang paling tinggi, hampir 100%, dan ini nisa baru tau hihi
Pantes aja waktu kecil udah di kasih buku didalam maternity package yaa, gak salah kalau finlandia menjadi daya literasi paling tinggi π
Jika mengingat sejarah literasi islam dulunya pelajaran SKI di mts tiga taun itu belajarnya mulai dari awal pokoknya π dimana banyak ilmuan muslim yang muncul π
Woah.. ini tulisan terniat yang pernah ada. Keren mbak. Riset mendalam nih kayaknya. Jadi kebanting dah tulisanku. Hehe… Aku jadi speechless deh. Really nice post mbak.
Jika mengenang sejarah literasi islam yg dulunya amazing bnget emg bikin baper bgt ya. Mengingat sejarah n kejayaannya mmg akan membangkitkan semangat kita. Tp naasnya skrg byk yg mempersenjatai debat dengan sejarah (bahasa apa pula ini.. Apakah anda mengerti? Haha). Pdhl ad hal yg lbh penting dibanding mengenang sejarah dan menjadikannya senjata krn senjata sebenarnya yaitu bangkit dan buktikan bahwa kt bs seperti dulu. Tulisan yg bagus mb fika.. π
Selalu sedih kalau baca gimana dulu kita menjadi sumber peradaban dan ilmu pengetahuan. Semoga nanti muncul lagi ilmuwan-ilmuwan muslim yang menjadi rujukan ilmu pengetahuan
Bangga sekaligus sedih kalau sudah membaca sejarah kebudayaan Islam di masa lalu, sekarang kayaknya kebalik ya. Kita yang ketinggalan kereta ilmu & peradaban :')
Reminder banget tulisannya Mba Fika. Para orang tua zaman itu pasti getol banget menanamkan jiwa pembelajar ya… Semoga kita para Ibu bisa mendidik putra-putri kita demi mengembalikan kegemilangan Islam kembali. Aamiin!