Suatu sore nan mendung menjelang magrib,
“Nah, kan nilainya tinggi. Itu lulus! Kalo lulus gimana??!!”, bentakan seorang laki-laki membuat gentar perempuan di sebelahnya.
“Ngerjainnya cepet-cepet koq ga pake koreksi. Yaa ga tau keluarnya segitu. Iya, tinggi tapi belum tentu lulus, kan di ranking, yang lain belum selesai koq”, bela si perempuan itu panjang lebar dengan suara bergetar, antara gugup karena baru saja menyelesaikan tes CAT dalam waktu 60 menit, alias 30 menit lebih awal dari yang lain, dan gugup karena suaminya yang bukan pemarah hari itu membentaknya.
Dan orang di sebelah mereka yang mendengar percakapan anomali dua insan itu hanya bisa terbengong, “Ada ya yang lulus passing grade malah dimarahin?”
Seperti yang baru saja kita dengar, seluruh daerah di Indonesia yang membuka pendaftaran CPNS baru saja menyelesaikan jadwal CAT yang diselenggarakan dari akhir Oktober hingga pertengahan November. Perhelatan tes CPNS 2018 kali ini guna memenuhi 238.015 total formasi dari 601 instansi pusat dan daerah.
Jumlah pelamar? Jangan ditanya. Akan selalu membanjiri setiap dibuka pendaftaran CPNS. Menurut sumber yang saya baca, ada sekitar 4 – 5 juta warga Indonesia yang mencoba peruntungan menjadi PNS tahun ini.
4 – 5 juta? Kebayang donk kalau harus mengoreksi jawabannya secara manual, sekalipun soal pilihan qualite sexual health avec expedition ganda.
Maka, terobosan CAT adalah suatu reformasi yang patut diapresiasi penuh menuju pemberdayaan SDM yang berkualitas.
Apa Itu CAT?
Cat? Cat tembok?
Bukaann…
Cat? Cat, kucing?
Bukaaann juga…
Tapi CAT
CAT or you can spell it Si Ei Ti adalah singkatan dari Computer Assisted Test, atau bahasa sederhannya adalah tes yang dibantu oleh komputer untuk menyeleksi kemampuan dasar para pejuang CPNS.
Tes Kemampuan Dasar yang diujikan adalah; Tes Wawasan Kebangsaan, Tes Intelegensi Umum, dan Tes Karakteristik Pribadi, dimana total soalnya adalah 100 dan dikerjakan dalam tempo 90 menit. Masing-masing bidang mempunyai skor minimal untuk dikatakan lulus.
Sebenarnya ide CAT untuk seleksi CPNS ini berawal pada tahun 2010 dan dicetuskan oleh BKN (Badan Kepegawaian Daerah), tapi secara resmi digunakan secara menyeluruh di setiap daerah sejak tes CPNS 2014.
Tidak seperti tes CPNS zaman old yang menunggu berminggu-minggu untuk mengetahui apakah tes kemampuan dasar seseorang lulus atau gagal, sejak 2014 sistem CAT ini sangat membantu sekali dalam proses seleksi CPNS.
![]() |
Tes CPNS sebelum ada CAT, masih dengan kertas dan perlu waktu lama menunggu pengumuman kelulusan Sumber: harianrakyatbengkulu.com |
Dan ide ini benar-benar efektif dan efisien!
Bahkan peserta sudah bisa mengetahui detik itu juga apakah dia lulus passing grade atau tidak. Jadi tidak ada lagi galau menanti nasib seperti pada tes CPNS pra-CAT.
Dan kabar baiknya bahwa CAT BKN itu baru saja mendapat apresiasi dari World Bank dalam “Global Report: Public Sector Performance” sebagai produk unggul Indonesia dalam perubahan formasi rekuirtmen CPNS sebagai realisasi dari good governance.
Yeaah 👏👏!
![]() |
Sumber: Twitter resmi BKN |
Edwin Ariadharma yang tidak lain sebagai perwakilan World Bank di Indonesia menyatakan bahwa CAT BKN berhasil membawa kepercayaan masyarakat pada proses rekrutmen CPNS karena berjalan transparan, adil dan akuntabel (hasilnya bisa dipertanggung jawabkan).
Yap, bener banget, trans-pa-ran! Poin ini yang paling terlihat di mata saya. Karena pengalaman saya sewaktu mengikuti tes CAT 2014 lalu, begitu seluruh soal kita submit jawabannya maka akan otomatis keluar nilai totalnya. Dan nilai totalnya itu akan terpampang jelas dan nyata di luar ruangan, ditonton oleh segenap peserta yang sedang menunggu giliran. Kalau nilainya tinggi sih bangga-bangga saja, tapi kalau di bawah passing grade? 😆 *serbet mana serbet.
Bahkan sekalipun dia anak Presiden kalau nilainya tidak memenuhi passing grade dia tidak akan bisa menaikkan nilainya. Lah gimana mau manipulasi kalau score tes langsung nongol gitu aja di LCD luar ruangan.
Nah, proses seleksi seperti ini nantinya akan menyaring SDM berkualitas tinggi yang memang lolos karena kualitas kompetensi pribadinya, dan diharapkan akan berimbas pada kinerja PNS secara keseluruhan.
Saya sendiri ketika mengetahui kabar tentang sistem CAT, saat 2014 lalu ikut menjadi pejuang CPNS, menyambut dengan rasa antusiasme yang tinggi. Yaa, apalagi kalau bukan karena tranparansinya. Sudah jadi rahasia umum bahwa virus nepotisme di negeri kita sudah mendarah daging. Di sisi lain hal itu berdampak negatif karena perlahan melenyapkan semangat memperbaiki kualitas pribadi, karena kebanyakan orang akan berpikir “Ah, ngapain berusaha keras kalau ga punya orang dalam. Sia-sia….”.
Nah, pikiran negatif seperti itu layaknya toxic yang meracuni mental generasi bangsa ini, membunuh “sel-sel sehat”, dan memupuk sikap apatis yang malas berjuang.
4 Poin CAT BKN Layak Mendapatkan Apresiasi Internasional
Dalam Global Report nya, World Bank menitik beratkan 4 poin ini dalam menilai CAT BKN, di antaranya;
1. Aspek Political Leadership
Berawal dari inisiatif kepala BKN untuk menggunakan sistem CAT dalam proses rekrutmen CPNS 2010, akhirnya pada 2014 Wakil Presiden menetapkan CAT BKN diberlakukan bagi seluruh instansi.
2. Aspek Teknologi
BKN memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mengubah formasi sistem rekurtmen dan melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah terkait. Dalam hal ini BKN berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan untuk pengadaan komputer, karena Ujian Nasional sekolah pun sekarang memakai sistem komputer.
3. Aspek Transparansi
Aspek yang ini sangat jelas sekali ya karena memang terlihat di lapangan; skor peserta bisa dilihat secara langsung dan bisa dipantau oleh masyarakat.
4. Aspek Kapasitas Institusi
BKN secara konsisten memastikan kesiapan sistem CAT baik dari sisi infrastruktur dan mekanisme tes sebelum dijadwalkan secara nasional dalam proses seleksi CPNS.
Mendapatkan penghargaan internasional tentu membuat tidak hanya BKN bangga tapi semua warga negara Indonesia juga tidak kalah bangga. Setidaknya usaha untuk menumbuhkan generasi berkualitas itu terus diusahakan. CAT BKN membuat tes lowongan kerja terbesar di Indonesia menjadi transparan dan semakin berkualitas. Bravo!
Wah, cerita pengantarnya bikin baper mbak. Hahaha